GANITRI (Elaecocarpus sphaericus Schum)
Oleh: Siti SusilawatiA. Sebaran Alami Ganitri
Ganitri (Elaecocarpus sphaericus Schum) adalah salah satu jenis pohon asli Indonesia yang telah dikembangkan menjadi pohon yang multi guna. Nama lain Ganitri adalah Jenitri atau mata dewa. Di Indonesia Ganitri dikenal dengan berbagai nama lokal yaitu Ganitri (Sunda), Katulampa, mata Siwa (Bogor), Sambung Susu (Jawa), Klitri (Madura), Biji Mala (Bali), Biji Sima (Sulawesi Selatan).
Di Amerika Utara Ganitri dikenal dengan nama sum Bead, sedangkan di India Ganitri disebut Rudraksa, dimana rudra berarti Siwa dan aksa berarti mata, dengan arti keseluruhannya sebagai mata Siwa, yang secara mitologi, di suatu saat air mata siwa menitik kemudian tumbuh menjadi pohon rudraksa.
Tanaman Ganitri tumbuh menyebar di Asia Tenggara. Ada kurang lebih 350 spesies tersebar dari Madagaskar, Cina bagian Selatan, Nepal, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Thailand, Australia dan Kepulauan Pasifik. Menurut Fitri, 2010, Sekitar 70 % pohon Ganitri ditemukan di Indonesia dan banyak ditanam di Jawa Tengah, Sumatra, Kalimantan, Bali dan Timor. Penyebarannya dilakukan melalui burung dan kelelawar serta hewan pengerat. Sementara pada edisi Nopember 2007, Majalah Trubus menginformasikan bahwa selain di Jawa, Ganitri juga banyak ditanam di Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Timor.
Menurut Heyne, 1987, Di Jawa Ganitri terdapat pada ketinggaian kurang dari 1200m dpl terutama 500 m dpl dan 1000 m dpl. Menurut Van Delden dalam Heyne, 1987 agak umum terdapat dibudidayakan di daerah Trenggalek (Kediri Selatan) dan Wonosobo (Kedu) yang letaknya rata-rata pada ketinggian 350 m diatas permukaan laut, selain itu juga didaerah sekitar Cicalengka,Tasikmalaya dan Banjar.
B. Pemanfaatan Ganitri oleh Masyarakat.
1. Manfaat Lingkungan.
Di Indonesia, Ganitri dikenal sebagai pohon pelindung, berfungsi sebagai penghisap polutan. Ayunahati, 1995 dari Departemen Biologi ITB, telah melakukan penelitian tentang penyerapan Pb diudara oleh Ganitri sebagai salah satu spesies pohon pelindung di jalan R.E Martadinata Bandung.
Pohon ganitri berdiri diatas akar tunjang. Tinggi pohon bisa mencapai 35 meter dan diameter batangnya sampai 160 cm. Kayunya agak ringan hingga sedang beratnya, agak lunak, padat dan cukup halus strukturnya, berwarna coklat-kelabu dengan warna tambahan lembayung hingga coklat merah muda. Di Sukabumi digunakan sebagai kayu bangunan. Rumphius dalam Heyne, 1987 mengatakan bahwa Ganitrus kadang-kadang digunakan untuk balok-balok bangunan atas pada bangunan rumah, bila terkena tanah tidak awet.
Buahnya bila masak berwarna biru indah tercampur ungu. Daging buah yang masak benar rasanya agak seperti minuman anggur kadang-kadang dimakan anak-anak penggembala, akan tetapi sebagian besar dimakan oleh berbagai burung besar dan sapi, sehingga didalam kotorannya ditemukan biji yang telah bersih. Biji Ganitri seperti batu yang keras yang berlobang di bagian tengahnya yang hampir tembus. Seluruh permukaan bijinya berlubang dan beralur berulir seakan termakan cacing sehingga tampak indah seolah terukir. Penggunaan biji Ganitri umumnya untuk kalung, tasbeh dan pengobatan. Ukuran biji ganitri bervariasi dalam satu pohon. Semakin kecil ukuran biji Ganitri semakin mahal harganya.
2. Manfaat untuk Kesehatan
Majalah Trubus edisi XXXVIII Nopember 2007 dan beribagai web mengukapkan bahwa manfaat ganitri bukan hanya sekedar alat hitung dalam berdoa sebagai tasbeh atau rosario. Manfaat biji ganitri untuk menghilangkan stress telah dibuktikan oleh Dr. Suhas Roy dari Benaras Hindu University. Penelitiannya mengungkapkan bahwa biji ganitri mengirimkan sinyal secara beraturan ke jantung ketika digunakan sebagai kalung. Ia mengatur aktivitas otak yang mengarah pada kesehatan tubuh. Efek itu diperoleh karena biji ganitri memiliki sifat kimia dan fisik berupa induksi listrik, kapasitansi listrik, pergerakan listrikdan elektro magnetik. Karena itu biji ganitri mempengaruhi sistem otak pusat saat menyebarkan rangsangan bioelektrokimia. Hasiln, otak merasa tenang dan menghasilkan pikiran positif (Kamis, 2007)
Pembeda ganitri dan buah lain terungkap melalui riset Institut Teknologi India. Ganitri memiliki nilai spesifik grafiti sebesar 1,2 dan pH 4,48. Saat digunakan untuk berdoa misalnya, ganitri memiliki daya elektromagnetik sebesar 1000 gauss pada keseimbangan Faraday, hasil konduksi elektron alkalin, sehingga ganitri dipercaya dapat mengontrol tekanan darah, stress, serta berbagai penyakit mental (Trubus, 2007)
Singh R K dari Departemen Farmakologi, Banaras Hindu University dalam Trubus, 2007,membuktikan bahwa buah ganitri kering sebanyak 200 mg /kg yang dilarutkan dalam petroleum eter, benzena, kloroform,asetone dan et anol selama 30-45 menit menunjukan sifat anti pembengkakan radang akut dan nonakut pada tikus yang dilukai. Selain itu karena mengandung glikosida, steroid, alkaloid dan flavonoid, ganitri dapat melindungi tubuh dari bakteri, kanker dan pembengkakan, efektif meredam hipertensi dan menghasilkan perasaan tenang dan damai. Dalam 7 hari, tekanan darah turun bila dibarengi dengan mengalungkan ganitri di leher.
C. Nilai Ekonomi Ganitri
Saat ini, Indonrsia sebagai pemasok 70 % biji ganitri dunia, Nepal 20 % dan India 5 % (Bahtiar, 2007). Setiap tahun 350 ton biji ganitri diekspor keluar negeri, terutama India dan Australia. Ganitri memiliki nilai ekonomi yang menguntungkan bagi para pemiliknya. Menurut Wagino,2007 dari tanaman ganitri berumur 4 tahun didesa Dongdong, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menghasilkan satu juta rupiah setiap pohon sekali panen.
Harga biji ganitri bervariasi tergatung ukuran dan jumlah lekukan (mukhi). Semakin kecil ukuran biji dengan warna coklat kemerahan harganya bertambah mahal. Harga biji ganitri menurut ukurannya (ada 11 ukuran dimulai dari 5,5 mm) dan harga turun setiap penambahan ukuran sebesar 0,5 mm. Pada tahun 2008 hargany adalah untuk kelas 1 (ukuran 5,5 mm) Rp 165,- per butir; kelas 2 adalah Rp 145,-/butir; kelas 3 = Rp 125,-/butir; kelas 4 = Rp 100,-/butir; kelas 5 = Rp 75,-/butir; kelas 6 = Rp 40,-/butir; kelas 7 = Rp 30,-/butir; kelas 8 = Rp 25,-/butir; kelas 9 = Rp 18,-/butir dan kelas 10 = Rp 15,-/butir. Sedangkan untuk kelas 11 halus Rp 10.000,-/kg dan kelas 11 kasar Rp 7000/kg. Selain ukuran biji yang mempengaruhi harga adalah bentuknya berdasarkan jumlah lekukan (mukhi), yaitu ganitri mukhi 3 seharga Rp 18.000,-/butir; ganitri mukhi 4 seharga Rp 25.000,-/butir dan ganitri mukhi 6 seharga Rp 20.000,-/butir sedangkan ganitri dempet seharga Rp 150.000,-/butir. Dalam sekali panen pada tahun 2007, petani yang mempunyai 3 pohon ganitri dapat memperoleh hasil Rp 2.100.000,-. Berdasarkan informasi tersebut, Berkebun ganitri jika lokasinya sesuai sangatlah prospektif dan menjanjikan keuntungan
D. Budidaya Ganitri
Pengadaan Benih
Tanaman ganitri ditanam untuk tujuan produksi buah, namun budidayanya belum banyak dikembangkan dan biasanya ditanam sebagai tanaman pengisi hutan rakyat dengan jarak tanam tidak teratur. Musim berbunga tanaman ini umumnya pada bulan Oktober sampai Desember, muncul buah muda pada bulan Januari dan buah masak sekitar bulan Maret yang cirinya buah sudah berwarna biru. Buah berjatuhan biasanya pada bulan April sampai akhir Mei.
Tanaman ganitri mulai berbunga pada umuir 18 bulan, dan panen perdana biasanya pada umur 2-4 tahun dengan jumlah produksi buah dapat mencapai 350.000 butir. Pengunduhan dan pengumpulan buah sebaiknya dilakukan pada pertengahan bulan April sampai awal bulan Mei pada musim kemarau. Buahnya ternmasuk jenis ortodoks sehingga viabilitasnya dapa bertahan sampai beebrapa tahun.
Teknik Pembibitan
Pembibitan secara generative dilakukan dengan memecah buah ganitri untuk diambil benihnya. Oleh karena bijinya sangat keras, biasanya untuk mempercepat berkecambah, biji dipendam dalam tanah dan dipanaskan dengan api di atasnya, atau dengan cara biji dikerat atau diretakkan kulit bijinya. Umumnya akan berkecambah setelah 3-4 bulan. Biji yabng telah berkecanbah disapih ke media campuran tanah pasir dan kompos (3:1:1) atau media campuran tanah, pasir dan sekam padi (1:1:1) dalam polibag.
Teknik Penanaman dan pemeliharaan
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam 30 x 30 x 30 cm kemudian diberi pupuk kandang yang telah masak sebanyak 2-5 kg serta nematisida berbahan aktif karbofuran secukupnya. Jarak tanam yang dianjurkan adalah 6 x 6 m karena sudah dianggap cukup untuk perkembangan tajuknya.
Pemeliharaan tanaman secara periodic penting dilakukan antara lain pembersihan gulma, pemupukan dan pemberantasan hama. Hanma yang banyak menyerang antara lain uret yang dapat diatasi dengan menyiramklan larutan Marshal 25 ST dengan dosis 1 sendok the kedalam 1 liter air. Hama lain yang menyerang yaitu penggerek batang walaupun inetnsitasanya rendah yaitu pada sebagian batang/cabang yang jadi.
Teknik Memperkecil Biji
Mengingat harga biji ganitri yang berukuran kecil lebih mahal, biasanya masayarakat mengupayakan agar tanaman berbuah dengan ukuran lebih kecil. Cara yang biasa dilakukan antara lain memutrus distribusi makanan pada saat tanaman mulai berbuah di bagian cabang/ranting, yaitu dengan cara pohon diteres atau mengelupas kulit sebagian cabang tanaman ganitri, melingkar dengan lebar 3-10 cm dengan tujuan untuk membatasai jumlah makanan pada bagian buah sehingga ukurannya lebioh kecil.
DAFTAR PUSTAKA
- A, Syaffari Kosasih, Tati Rostiwati dan Encep ranchman. 2010. Budidaya Ganitri ( Elaeocarpus sphaericus) Perlu Inovasi Teknologi, MKI, Edisi V. Bogor
- Ayurhahati, L .1995. studi awal Kemampuan Penyerapan Pb, yang berasal dari Udara Pada Daun dari Empat Species Pohon Pelindung di Jalan R.E. Martadinata, Bandung. Departemen Biologi: Bandung
- Bachtiar, F. 2007. Ganitri, Harian Pikiran Rakyat, 26 agustus 2007
- K, Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia jilid II, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta
- Kamis, A. 2007. Manfaat Ganitri, Mata siwa Penyapu Polutan
- Majalah Trubus. 2007. Ganitri (Elaeocarpus sphaericus). Edisi XXXVIII Nopember 2007. Jakarta
- Wagino. 2007. Budidaya Ganitri meraup Rupiah. Cilacap Media
Sumber:
https://forestryinformation.wordpress.com/2012/04/25/ganitri-elaecocarpus-sphaericus-schum/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar